the best fighting

the best fighting

Sabtu, 25 September 2010

ARTIKEL-KARATE

Tentang Gichin Funakoshi

                       Jika ada laki-laki yang dipercaya menempatkan karate sampai dapat diterima di Jepang, dan pada posisi yang dapat dinikmati oleh orang-orang Jepang, dialah Gichin Funakoshi. Dilahirkan di Yamakawa Prefektur Shuri Okinawa tanggal 10 November 1868, Funakoshi masih memiliki garis darah keturunan keluarga samurai salah satu bangsawan di Okinawa. Funakoshi terlahir bukan sebagai anak yang sehat karena seringnya sakit-sakitan. Namun dari ketekunannya mampu menjadikannya Shotokan sebagai salah satu aliran karate yang tidak hanya empat besar di Jepang namun terbesar didunia.

 Akibat kondisi fisiknya yang kurang baik, orang tuanya membawanya pada Azato dan Itosu untuk belajar karate. Selain dari mereka Funakoshi juga menerima pelajaran dari Arakaki Seisho (yang dipercaya menemukan kata unsu) dan Sokon Matsumura yang merupakan tokoh sentral dari tidak hanya 4 besar aliran karate di Jepang namun juga aliran karate lain.

Funakoshi diberikan kepercayaan oleh para tokoh bela diri di Okinawa membawa karate ke Jepang. Sekitar tahun 1916 demonstrasi pertama karate diluar Okinawa dilangsungkan. Butokuden yang saat itu adalah pusat seni bela diri dan olahraga Jepang masa itu dipilih sebagai tempat untuk melakukan demonstrasi. Namun sayang sekali demonstrasi itu tidak berlangsung sukses, hal itu karena kebanyakan orang Jepang tidak tertarik dengan bela diri tangan kosong. Karena saat itu sudah ada Naginata (bela diri bersenjata tongkat dengan pisau tajam diujungnya) dan kendo yang merupakan penerus dari teknik samurai.

Walau demikian tawaran demonstrasi berikutnya datang dari calon putra mahkota negeri Jepang yang berkunjung ke Okinawa. Dan sekitar tahun 1922 awal musim panas Funakoshi kembali melakukan demonstrasi di Tokyo atas prakarsa Menteri Pendidikan Jepang. Demonstrasi ini berjalan sukses, Jigaro Kano (salah satu pendiri Judo) sangat terkesan dengan demonstrasi itu dan meminta Funakoshi tinggal di Jepang. Sejak saat itu Funakoshi tinggal di Jepang.

Selama di Jepang Funakoshi tinggal di Suidobata, sebuah asrama kecil di Tokyo. Siang hari Funakoshi bekerja sebagai tukang kebun dan penjaga asrama. Untuk membayar makanannya, Funakoshi Berteman dengan koki diasrama itu dan sebagai ganti diajarinya karate. Dan sejak saat itu banyak bermunculan klub karate baik di sekolah maupun universitas. Begitu antusiasnya orang-orang Jepang berlatih karate, sampai-sampai sulit ditemukan tempat kosong untuk berlatih. Tiap hari diisi dengan latihan karate di hampir seluruh pelosok Jepang.

Di Jepang langkah modernisasi karate yang dilakukan Gichin Funakoshi diantaranya tahun 1931 pengubahan huruf kanji karate yang sebelumnya lebih bermakna Cina kini dengan dialek Jepang berikut huruf kanjinya namun dengan pengucapan yang sama. Untuk penegasan pengubahan dialek dan penulisannya, dalam bukunya Karate-do Kyohan yang terbit tahun 1936 Funakoshi menggunakan perubahan ini. Selain itu juga pengubahan dan penulisan nama-nama kata yang sebelumnya masih menggunakan dialek Okinawa. Hal itu penting dilakukan agar karate dapat diterima oleh budaya Jepang. Selama di Jepang pula Funakoshi menulis buku-buku yang terkenal sampai sekarang. Setelah Karate-do Kyohan adalah buku Karate-do Nyumon yang diterbitkan tahun 1943.

Sekitar tahun 1936 (ada yang mengatakan tahun 1937, ada pula yang 1939) dojo yang pertama berdiri di Meishojuku. Murid-murid Funakoshi menganugerahkan nama Shotokan pada papan nama perguruan sebagai penghormatan dan penghargaan pada Funakoshi. Walau demikian, sebenarnya Funakoshi tidak pernah memberikan nama apapun pada alirannya. Namun sayangnya dojo ini hancur karena saat itu Jepang dilanda serangan akibat Perang Dunia II. Setelah perang tahun 1949 pengikut Funakoshi kembali bersatu, dan mendirikan sebuah wadah yang bernama Asosiasi Karate Jepang (Japan Karate Association) dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepala.

Funakoshi sangat menekankan murid-muridnya agar menguasai teknik-teknik dasar sebelum belajar tingkat lanjut. Adalah keyakinan Funakoshi bahwa karate adalah seni bela diri dari pada olah raga. Bagi Funakoshi kata adalah karate. Dalam bukunya Karate-do Kyohan Funakoshi menyatakan,

’’Beberapa anak muda antusias pada karate percaya bahwa karate hanya bisa dipelajari lewat instruktur di dojo. Walaupun kebanyakan dari mereka adalah orang yang mahir teknik, tetapi bukanlah karateka sejati. Sebuah nasihat bijak berkata bahwa semua tempat dapat menjadi dojo, dan itu berarti setiap orang yang ingin mengikuti jalan karate tidak boleh lupa hal ini. Karate-do tidak hanya berlatih cara membela diri tapi juga menguasai seni untuk menjadi bagian anggota masyarakat yang baik dan jujur.’’

Hal ini juga yang mempertegas keyakinannya untuk mencari kesempurnaan karakter dari berlatih karate daripada sekedar memecahkan rekor atau prestasi. Gichin Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

   Ketentuan Usia dan Nomor Pertandingan Karate  
     
         
 Cadet Junior Under 21 Senior

Usia
14 & 15 Tahun

Usia
16 & 17 Tahun

Usia
18,19 & 20Tahun

Usia
Kata +16 Tahun
Kumite +18 Tahun
 Nomor pertandingan Untuk kelas Cadet Nomor pertandingan Untuk kelas Junior Nomor pertandingan Untuk kelas Under 21 Senior
 Kata perorangan Putra & Putri Kata perorangan & kata Beregu (putra dan putri) -  Kata perorangan & kata Beregu (putra dan putri)
 Kumite Kumite Kumite Kumite
 Putra Putri Putra  Putri Putra Putri -60Kg -50Kg
 -52Kg -47Kg -55Kg -48Kg -68Kg -53Kg -67Kg -55Kg
 -57Kg  -61Kg -53Kg   -75Kg -61Kg
 -63Kg -54Kg -68Kg -59Kg -78Kg -60Kg -84Kg -68Kg
 -70Kg  -76Kg +59Kg   +84Kg +68Kg
 +70Kg +54Kg +76Kg  +78Kg +60Kg  
        

Dalam pertandingan Untuk Cadet Diwajibkan untuk memakai Face masker & Body protektor.Dan durasi waktu yang digunakan untuk Kelas cadet ialah 2 Menit dalam sekali bertanding,durasi dua menit ini juga sama dengan durasi Waktu yang digunakan untuk kelas Junior dan Under 21 Putra & putri.

Sedangkan waktu untuk pertandingan kumite untuk Senior meliputi
Babak Penyisihan durasinya 3 menit untuk Putra dan 2 menit untuk Putri.

Pada babak final memperebutkan juara I dan final reperchage memperebutkan juara III
durasinya 4 menit untuk Putra dan 3 menit untuk Putri.

Apabila dalam pertandingan kumite yang berahir dengan nilai  seri atau nilai sama, maka dilakukan perpanjangan waktu
selama satu menit dan pada saat perpanjangan waktu semua hukuman dihapus, dan pertandingan
harus dihabiskan selama 1 menit penuh walaupun salah satu kontestan sudah ada yang mendapat
point duluan.Peraturan ini berlaku untuk semua katagori Kelas yang dipertandingkan

Apabila pelaksanaan pertandingan dilakukan bersama-sama untuk kategori Senior dan Under 21,
maka atlet yang didaftar pada kategori under 21 tidak boleh didaftar juga pada ketegori senior
demikian sebaliknya (merangkap).

 Untuk KATA Beregu, pada babak Final ( Perebutan Juara I dan II ) dan Final Reperchage
( Perebutan Juara III) harus dimainkan Bungkai.

Inilah garis besar peraturan pertandingan yang baru dari WKF untuk diketahui dan dipedomani.

Nomor : 13/PB. FORKI – SEKJEN/SE/I/09.-

Aliran Karate

Ada empat aliran besar karate yang paling terkenal, yaitu terdiri dari :
  • Goju-Ryu
  • Shito-Ryu
  • Shotokan
  • Wado-Ryu
Di bawah ini daftar aliran karate secara lengkap menurut Cyber Dojo :
Budokai

Butokukan

Chito-Ryu

Cuong Nhu Karate

Doshinkan

Dotokushin Kai

Genwakai

Gohaku-Kai

Goju-Ryu (Goju-Kai)

Goju-Ryu (Kanzen)

Goju-Ryu (Okinawan)

Goju-Ryu (Meibukan)

Goju-Ryu (Unspecified)

Goju-Ryu (Yamaguchi)

Gosoku-Ryu

Go Kan Ryu

In/Yo Ryu

Isshinryu

Isshin Shorinji Ryu

Jukido Jujitsu

Kenseido

Kobudo

Koei-Kan

Kokondo

Kosho-Ryu Kenpo

KoSutemi Seikan

Koyamakan

Kyokushin

Kyokushinkai

Kyu Shin Ryu

Niharate

Motobu-Ryu

Mugen-Ryu

Mushindo Kempo

Okinawan Kempo

Okinawa-Te

Oyama Karate

Ryokukai

Ryuken

Ryukyu Kempo

Sankukai-Kenshikan

Sanzyu-Ryu

Seibukan

Seido

Seidokan
Seikido

Seikukan

Seishin-Ryu

Shindo Jinen-Ryu

Shinjimasu

Shinko-Ryu

Shito-Ryu (Itosu-Kai)

Shito-Ryu (Tanpa Spesifikasi)

Shito-Ryu (Seishinkai)

Shito-Ryu (Kofukan)

Shito-Ryu (Kuniba Ha)

Shito-Ryu (Motobu-Ha)

Shokenkai Kempo

Shorin-Ryu

Shorin-Ryu Kenshin Kan

Shorin-Ryu (Kobayashi)

Shorin-Ryu (Matsumura)

Shorin-Ryu (Matsubayashi)

Shorin-Ryu (Sukunaihayashi)

Shorin-Ryu (Shobayashi)

Shorin-Ryu (Shorin-Kan)

Shorinji Kempo

Shorinji-Ryu

Shorinji-Ryu (Sakugawa Koshiki)

Shoshin-Ryu

Shotokai

Shotokan

Shoto-Ryu

Shudokai

Shudokan

Shutokan

Shuri-ryu

Shuri-Te

Taiho-ryu

Uechi-Ryu

Wado-Kai

Wado-Ryu

Washinkai

Washin-Ryu

Yoseikan

Yoshukai

Yuishinkai

Yuishinka

Apakah Karate itu?

                          Karate-do merupakan sebuah seni beladiri  yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh  Gichin Funakoshi. Sebelum perubahan ini, karate-do hanyalah merupakan suatu teknik beladiri tanpa senjata dengan hanya mengandalkan tangan dan kaki saja. Meskipun ada beberapa pengaruh dari beladiri China, pengembangan karate-do sangat khas Okinawa dan tentu Jepang. Tuan Funakoshi, dipengaruhi oleh beladiri tradisional dari kepulauan Jepang, seperti kyudo, kendo, dan judo.  Ia memodifiksi karate sampai suatu saat disebut sebagai Karate-jutsu, sebuah seni bertarung yang menekankan pada aspek filosofinya,  cara ini harus dipelajari sepanjang kehidupan sehari-hari oleh seorang murid karate.hal inilah yang menyebabkan karate disebut sebagai Jalan Kehidupan:Karate-do  (do, berarti jalan). Gichin Funakoshi, selanjutnya, menggabungkan teknik Karate dengan Budo tradisional, memasukan intisari dari Budo ke dalam hati  Karate -- suatu jalan seni beladiri yang nyata. Kata Budo dibentuk oleh dua karakter China, bu terdiri dari dua simbol, yang satu artinya menghentikan, yang didalamnya menggambarkan dua senjata, yang artinya menghentikan perselisihan.  Menurut kata Funakoshi sendiri: "Sejak Karate merupakan budo, pengertian ini harus diputuskan secara mendalam dan pukulan sebaiknya tidak digunakan secara sembarangan."
Kata karate juga dibentuk oleh dua karakter, yang pertama adalah  kara (kosong) dan lainnya  te (tangan).  Kata kosong berarti teknik beladiri Karate tidak memerlukan senjata, hanya menggunakan anggota badan  seperti tangan dan kaki sebagai pengganti senjata. 
                                                                                                                                                                                               SALAM KARATE

Sejarah Karate

Sebuah teori mengatakan bahwa asal mula karate berasal dari ilmu bela diri Okinawa. TE atau OKINAWA-TE adalah seni bela diri asli setempat yang telah mengalami perkembangan berabad-abad lamanya, dan kemudian banyak dipengaruhi oleh teknik perkelahian yang dibawa oleh para ahli seni bela diri Cina yang mengungsi ke Okinawa. Sekitar Abad ke5, seorang pendeta Budha yang terkenal bernama Bodhidharma (Daruma Daishi) mengembara dari India ke Cina untuk menyebarkan dan membetulkan agama Budha yang menyimpang selama ini di Kerajaan Liang di bawah Kaisar Wu. Setelah perselisihannya dengan Kaisar Wu karena perbedaan pandangan dalam ajaran agama Budha, Bodhidharma mengasingkan diri di biara Shaolin Tsu di pegunungan Sung di bagian Selatan Loyang Ibukota Kerajaan Wei. Di situlah dia melanjutkan pengajarannya dalam agama Budha dan menjadi cikal-bakal Sekte Zen.
Para Rahib Budha Cina pada waktu itu begitu lemah badannya, sehingga mereka tidak dapat menjalankan pelajaran-pelajarannya dengan baik. Setelah dia tahu hal ini, dia memberikan Buku Kekuatan Fisik kepada murid-muridnya, suatu buku petunjuk mengenai latihan fisik. Buku ini mengajarkan teknik pukulan yang dinamakan 18 Arhat, yang kemudian menjadi terkenal sebagai Shaolin Chuan. Suatu pendapat lain mengatakan, bahwa cerita di atas tadi adalah dongeng semata-mata. Bagaimanapun juga Bodhidharma adalah anak laki-laki ke-3 (tiga) dari Raja India Selatan. Dan sebagai Pangeran, dia ahli ilmu perang yang menjadi salah satu pendidikannya, hal serupa dengan Sakyamuni. Lagi pula hanya orang dengan pikiran dan badan yang kuat yang dapat mengadakan perjalanan yang demikian jauh dan banyak rintangannya.
Seorang ahli ilmu bela diri lain yang sangat terkenal yang muncul pada jaman Dinasti Sung (920-1279 M) adalah Chang Sang Feng (Thio Sam Hong). Awalnya Chang belajar ilmu bela diri pada Shaolin Tsu , kemudian mengasingkan diri di gunung Wutang (Butong). Di tempat inilah dia mengamati macam-macam gerakan binatang, seperti kera, burung bangau, dan ular. Berdasarkan pengamatannya, dia menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya yang disebut aliran Wutang. Kalau Shaolin Chuan hanya dipraktekkan oleh para Pendeta Budha, maka aliran Wutang ini diperuntukkan orang awam yang tidak ada ikatan dengan aliran Kuil manapun. Chang mengajarkan supaya menerima pukulan lawan dengan gaya lemah gemulai seperti air yang mengalir dan menyerang dengan satu kepastian untuk mengakhiri perlawanan dengan sekali pukul. Ciptaannya didasari dengan gagasan tentang harus adanya gerak melingkar yang luwes dan gerakan ujung yang tajam. Aliran ini selanjutnya punya dampak yang luas di dalam perkembangan seni bela diri di China. Gaya aliran Wutang ini segera tersebar merata di seluruh Wilayah China bagian utara yang pada masa kemudian akan berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-Chuan.
Masih terdapat banyak tokoh seni bela diri yang menciptakan gaya dan aliran masing-masing. Diantaranya Chueh Yuan yang juga pernah belajar di Shaolin Tsu. Pada tahun 1151-1368 M dia berhasil menciptakan aliran baru dengan cara memperluas 18 pukulan Arhat menjadi 72 jurus. Dia berkeliling ke banyak Wilayah China dan kemudian bertemu dengan Po Yu Feng yang menciptakan pukulan Wu Chuan. Keduanya mengadakan kerja sama menciptakan satu aliran baru yang mencapai 170 macam gaya ilmu pukulan, diantaranya Lima Tinju, Tinju Naga, Tinju Harimau, Tinju Bangau, Tinju Macan Tutul, dan Tinju Ular. Di seluruh Wilayah Cina yang begitu luas, berbagai macam gaya dan aliran bela diri dikembangkan, yang akhirnya menyesuaikan diri dengan sifat-sifat lingkungan di mana gaya dan aliran itu berkembang dan dipraktekkan. Namun pada umumnya, berbagai aliran dan gaya yang ada dapat dibagi menjadi dua aliran yaitu aliran UTARA dan aliran SELATAN.
Aliran Selatan berasal dari daerah Cina Selatan di bagian hilir sungai Yang Tse. Karena beriklim sedang, sumber kegiatan ekonomi yang paling utama di wilayah ini adalah pertanian khususnya beras. Rakyat setempat cenderung bertubuh gempal dan kuat karena kegiatan kerja di sawah. Disamping itu di wilayah selatan terdapat banyak sekali sungai, sehingga alat lalu lintas yang utama adalah perahu. Dengan mendayung sehari-hari menyebabkan badan bagian atas lebih berkembang. Maka dengan demikian aliran selatan ini menekankan pada gaya melentur dan penggunaan tangan dan kepala.
Aliran Utara berkembang di wilayah Cina Utara di bagian hulu Sungai Yang Tse, dimana sifat daerahnya adalah pegunungan. Mengingat di wilayah ini banyak orang terlibat dengan perburuan binatang dan penebangan kayu sebagai sumber nafkah. Maka aliran utara ini lebih menekankan pada gerakan yang lincah dan penggunaan teknik tendangan.
Selama masa peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli bela diri China melarikan diri ke negara lain untuk membebaskan diri dari penindasan dan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Manchu yang menguasai China. Sebagai akibatnya ilmu bela diri China dari Jaman Ming ini disebarkan ke berbagai negara lain termasuk ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. Salah seorang diantaranya Chen Yuan Pao yang menuju ke Jepang, dimana dia selanjutnya mengajarkan gagasan dan teknik Judo. Sampai pada abad ke-15 Kepulauan Okinawa terbagi menjadi 3 (tiga) Kerajaan. Dan pada tahun 1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji berhasil mempersatukan semua pulau di Kepulauan Okinawa di bawah kekuasaannya. Penguasa ke-2 dari golongan Sho, yaitu Shin Sho, menyita dan melarang penggunaan senjata tajam. Kemudian Keluarga Shimazu dari Pulau Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa, tetapi larangan terhadap pemilikan senjata tajam masih terus diberlakukan. Sebagai akibatnya, rakyat hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan ketrampilan fisik mereka untuk membela diri.
Pada saat yang sama, ilmu bela diri dari Cina mulai diperkenalkan di Okinawa melalui para pengungsi yang berdatangan dari Cina yang saat itu sudah dikuasai oleh bangsa Manchu (Dinasti Ching). Diantara para pengungsi itu ada sejumlah ahli seni bela diri dari China. Pengaruh ilmu bela diri dari China ini dengan cepat sekali menjalar ke seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui ketekunan dan kekerasan latihan, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan teknik berkelahi yang baru yang akhirnya melampaui sumber aslinya. Aliran-aliran seni bela diri Te (aslinya Tode atau Tote) di Okinawa terbagi menurut nama daerah perkembangannya menjadi Naha-te, Shuri-te, dan Tomari-te. Naha-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran selatan, khususnya dalam pola gerakan yang dilaksanakan dengan gaya yang kokoh dan sangat tepat bagi orang yang bertubuh besar. Shuri-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran utara yang pola gerakannya lebih menekankan kegesitan dan keringanan tubuh. Sementara kaum Shimazu makin memperketat larangan atas pemilikan senjata tajam, latihan pola bela diri Te ini makin berkembang.
Di Jepang sendiri juga telah ada pola bela diri sejak jaman dulu. Diantaranya yang sangat terkenal sampai saat ini ialah gulat Sumo. Dahulu Sumo sifatnya sangat keras dan ganas, dimana para pesertanya diperbolehkan saling pukul dan tendang dan secara mental memang sudah siap mati. Baru pada abad ke-8, pukulan dan tendangan yang mematikan tidak diperbolehkan lagi. Pertandingan Sumo kemudian sudah sangat mirip dengan pertandingan Sumo pada masa sekarang ini. Tokoh seni bela diri China yang mengungsi dari penjajahan bangsa Manchu juga tersebar ke seluruh Jepang. Berbagai macam gaya dan teknik yang mereka sebarkan menyebabkan timbulnya aliran-aliran baru. Di bawah pengaruh dan bimbingan Chen Yuan Pao, aliran Jiu Jitsu atau seni beladiri aliran lunak didirikan oleh beberapa tokoh beladiri Jepang. Konsep bahwa "Kelunakan dapat mengalahkan kekerasan" dinyatakan berasal dari China, dan aliran ini mengembangkan pengaruhnya yang penting pada pola bela diri lainnya. Diantaranya yang sangat populer ialah Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano.Karena keuletannya untuk meneliti, melatih, dan mengembangkan diri, Judo telah berhasil diterima merata di seluruh Jepang sebagai satu cabang olah raga modern.
Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi yang lahir di Shuri, Okinawa pada tahun 1869 untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa-Te ini di Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di Jepang. Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya Shotokan. Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri dari Cina, sekali lagi berbaur dengan seni bela diri yang sudah ada di Jepang, sehingga mengalami perubahan-perubahan dan berkembang menjadi Karate seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para tokoh ahli seni bela diri ini selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah berkembang pesat ke seluruh dunia dan menjadi olah raga seni bela diri paling populer di seluruh dunia. Masutatsu Oyama sendiri kemudian secara resmi mendirikan aliran Karate baru yang dinamakan Kyokushin pada tahun 1956. 

PERATURAN PERTANDINGAN KARATE


1. PERATURAN PERTANDINGAN KATA
* Pertandingan KATA terdiri dari pertandingan perorangan dan tim (beregu). Pertandingan tim terdiri dari pertandingan antar tim yang terdiri dari tiga orang. Setiap tim terdiri dari putra dan putri. Pertandingan perorangan KATA terdiri dari pertandingan perorangan secara terpisah dalam bagian putra dan putri.
* Dalam pertandingan KATA sistim eliminasi dengan referchange akan diterapkan.
* Para kontestan diharapkan untuk menampilkan pertandingan KATA WAJIB (SHITEI) dan pertandingan KATA BEBAS (TOKUI) selama pertandingan. KATA yang digunakan akan sesuai dengan aliran Karate-do yang diakui oleh WKF berdasarkan oleh sistim Goju, Shito, dan Wado.
* Ketika menampilkan SHITEI KATA, tidak diperbolehkan melakukan variasi.
* Ketika menampilkan TOKUI KATA, kontestan dapat memilih kata yang akan dimainkan, variasi ringan diperbolehkan sepanjang diperbolehkan aliran yang bersangkutan.
* Tabel skor akan menampilkan pilihan KATA dari setiap periode dan setiap ronde.
* Kontestan harus menampilkan KATA yang berbeda dalam setiap putaran. Sekali KATA sudah dimainkan maka tidak boleh diulang.
* Dalam referchange boleh menampilkan SHITEI atau TOKUI.
* Pada final, pertandingan KATA beregu, dua tim finalis akan menampilkan KATA, pilihan mereka dari KATA TOKUI dalam cara yang normal. Kemudian mereka akan menampilkan satu demonstrasi dari arti kata (BUNKAI), waktu yang diizinkan untuk demonstrasi BUNKAI adalah 5 (lima) menit. Pencatat waktu akan mulai penghitungan pada saat peragaan dimulai dengan peragaan awal BUNKAI KATA dan berhenti sesudah BUNKAI ditampilkan, tim yang melebihi 5 (lima) menit akan didiskualifikasi, penggunaan peralatan tradisional dan perlengkapan lainnya tidak diizinkan.
1.1 .KRITERIA UNTUK KEPUTUSAN
1. Pertandingan KATA harus ditampilkan dengan kemampuan dan harus mendemonstrasikan satu pemahaman yang jelas terhadap prinsip tradisional yang terkandung didalamnya. Dalam menilai penampilan kontestan (perorangan) atau tim juri akan melihat pada :
* Satu demonstrasi yang sebenarnya dari arti KATA.
* Pemahaman dari teknik yang digunakan (BUNKAI).
* Ketetapan waktu, ritme, kecepatan, keseimbangan, dan fokus kekuatan (KIME).
* Pernafasan yang baik dan benar sebagai penolong dalam hal KIME.
* Fokus perhatian yang benar (CHAKUGAN) dan konsentrasi.
* Kuda-kuda yang benar (DACHI) dengan penekanan pada kaki yang benar dan telapak kaki datar pada lantai.
* Penekanan yang baik pada perut (HARA) dan tidak ada gerak ke atas atau ke bawah dari pinggul ketika bergerak.
* Bentuk yang benar (KIHON) dari gaya yang ditampilkan.
* Penampilan juga harus dievaluasi dengan maksud untuk melihat hal-hal lainnya. Sebagaimana tingkat kesulitan dari KATA yang ditampilkan.
* Dalam KATA beregu sinkronisasi tanpa aba-aba eksternal adalah merupakan nilai lebih.
PENJELASAN :
KATA adalah bukan pertunjukan tarian atau gerakan sandiwara, KATA harus terkait dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip tradisional. KATA harus realistis dalam artian perkelahian dan menampilkan konsentrasi, tenaga dan potensi dari dampak teknik yang dilakukan. KATA harus menunjukkan kelembutan, tenaga, dan kecepatan seperti halnya kelembutan, ritme, dan keseimbangan.
Dalam KATA beregu semua anggota tim harus memulai KATA dengan menghadap arah yang sama dan menghadap pada Chief Jugde.
KATA beregu harus mendemonstrasikan kemampuan di semua aspek dari penampilan KATA dengan serempak.
2. Kontestan yang menampilkan variasi pada SHITEI KATA akan didiskualifikasi.
PENJELASAN :
Perintah untuk memulai dan menghentikan penampilan dengan cara menghentakkan kaki, pemukulan dada, tangan, atau karategi dan mengeluarkan nafas yang tidak sewajarnya, semuanya merupakan contoh dari aba-aba tambahan dan harus dipertimbangkan oleh Panel Wasit saat mengambil keputusan.
3. Kontestan yang berhenti pada saat KATA berlangsung (SHITEI atau TOKUI) atau menampilkan KATA yang berbeda dengan yang diumumkan atau yang dicatat pada tabel skor akan didiskualifikasi.
PENJELASAN :
Merupakan tanggung jawab dari pelatih dan kontestan untuk memastikan bahwa kata yang didaftarkan pada tabel skor adalah sesuai untuk setiap ronde.
4. Kontestan yang menampilkan KATA yang tidak diizinkan atau mengulangi KATA akan didiskualifikasi.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu dan Shito-ryu.


2 .PERATURAN PERTANDINGAN KUMITE
World Karate Federation (WKF) mulai tahun 2009, memberlakukan peraturan baru tentang ketentuan usia dan nomor pertandingan Karate, baik yang dilakukan sendiri oleh WKF maupun AKF, dan pertandingan karate pada Multy Even Internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI), melalui Surat Edaran Nomor 13/PB.FORKI – SEKJEN/SE/I/09 tertanggal, 15 Januari 2009. tentang Peraturan Baru Pertandingan Karate WKF. Yang ditujukan kepada Pimpinan Perguruan Karate, dan Pimpinan Pengurus Provinsi Forki.
Adapun peraturan tersebut sebagai berikut:
USIA :
1.Usia kadet 14 & 15 tahun
2.Usia junior 16 & 17 tahun
3.Di bawah 21 tahun usia 18,19 & 20 tahun
4.Senior usia Kata + 16 tahun.
Pertandingan KADET:
1.kadet Kata perorangan putra & putri
2. Kumite putra : – 52 kg, – 57 kg, – 63 kg, – 70 kg, dan + 70 kg.
3 Kumite kadet putri: – 47 kg, – 54 kg, dan + 54 kg.
Pertandingan JUNIOR:
1.Junior kata perorangan & Kata beregu putra & putri
2.Kumite putra – 55 kg, – 61 kg, – 68 kg, -76 kg, + 76 kg
3. Kumite junior putri: – 48 kg, – 53 kg, – 59 kg, dan + 59 kg.
Pertandingan dibawah usia 21 tahun::
1. Kumite putra – 68 kg, -78 kg, +78 kg
2.Kumite putri – 53 kg, – 60 kg, dan + 60 kg.
Untuk pertandingan senior:
1. Kata perorangan & beregu putra & putri
2. Kumite putra – 60 kg, – 67 kg, – 75 kg, – 84 kg, dan + 84 kg.
3. Kumite putri terdiri dari – 50 kg, – 55 kg, – 61 kg, – 68 kg, dan + 68 kg.
Pada kategori Kadet pertandingan kumite wajib menggunakan Face Masker dan Body Protector. Waktu pertandingan kumite untuk Kadet, Junior & Under 21 tahun durasinya dua menit (putra/putri). Waktu pertandingan kumite senior meliputi: babak penyisihan durasinya tiga menit untuk putra dan dua menit untuk putri, pada babak final memperebutkan juara I dan final reperhage memperebutkan juara tiga durasinya empat menit untuk putra dan tiga menit untuk putri.
PENJELASAN


movie
1. Pertandingan kumite dapat dibagi menjadi pertandingan tim/beregu dan pertandingan individu/perorangan, pertandingan perorangan selanjutnya dapat dibagi kedalam divisi-divisi berat badan dan kategori terbuka. Divisi berat badan dapat dibagi kedalam putaran-putaran. istilah putaran juga menggambarkan pertandingan kumite perorangan antara pasangan lawan dari anggota tim.
PENJELASAN :
Satu putaran adalah satu penampilan dalam satu pertandingan yang mengarah pada identifikasi akhir dari para finalis. dalam satu eliminasi pertandingan kumite, satu putaran mengeliminasi lima puluh persen dari kontestan dalam putaran ini, termasuk kekosongan kontestan (bye), dalam konteks ini putaran dapat diterapkan secara bersamaan pada satu panggung/arena apakah pada tahap eliminasi atau referchange dalam 1 matriks atau pertandingan robin berputar, satu putaran memungkinkan satu kontestan untuk berada dalam satu poli untuk bertarung dalam sekali waktu.
2. Tidak ada kontestan yang dapat diganti dalam pertandingan perorangan.
3. Kontestan perorangan atau beregu yang tidak hadir ketika dipanggil akan didiskualifikasi (KIKEN) dari kategori ini.
PENJELASAN :
Pemaggilan nama kontestan menyebabkan masalah pengucapan dan identifikasi.
penomoran turnamen harus dialokasikan dan digunakan.
4. Dalam pertandingan beregu, setiap anggota tim harus telah terdaftar, tim putra terdiri dari 7 orang degan 5 orang yang bertanding selama satu putaran. tim putri terdiri dari 4 orang dengan 3 orang yang bertanding dalam setiap putaran.
5. Semua kontestan adalah semua anggota dari tim yang telah didaftarkan, tidak ada anggota cadangan yang tidak terdaftar (tidak ada pendaftaran baru).
PENJELASAN :
Ketika berbaris sebelum pertandingan, satu tim harus menampilkan pemain yang sesungguhnya. Pemain dan pelatih yang tidak bertanding tidak akan dimasukkan dan akan ditempatkan pada area yang terletak di sisi luar arena.
Tim putra supaya boleh bertarung, harus menghadirkan paling sedikit 3 peserta, dan tim putri paling sedikit 2 peserta, kalau jumlah kurang dari itu dinyatakan KIKEN.
6. Sebelum pertandingan satu wakil dari tim akan harus sudah menyerahkan ke meja petugas, formulir resmi yang menggambarkan nama-nama dan urutan pemain dari anggota tim peserta diambil dari tim yang jumlah anggotanya 7 atau 4, dan urutan bertarung mereka bisa dirubah untuk setiap putaran, sehingga menghasilkan urutan bertarung baru yang sudah dilaporkan, tapi sekali dilaporkan tidak boleh dirubah lagi sampai putaran itu selesai.
PENJELASAN :
Formulir urutan pemain dapat diserahkan oleh pelatih atau pemain terpilih dari tim. Jika pelatih menyerahkan formulir, pelatih harus secara jelas teridentifikasi, kalau tidak ia akan ditolak. Daftar pemain harus sudah termasuk nama, negara atau club, warna sabuk yang dialokasikan kepada tim untuk pertandingan dari anggota tim. Baik nama-nama pemain dan nomor peserta turnamen dimasukkan dan formulir harus ditandatangani oleh pelatih atau wakil yang dipilih.
7. Satu tim akan didiskualifikasi jika ada anggota atau pelatihnya merubah komposisi tim atau urutan pemain tanpa pemberitahuan tertulis sebelum pertandingan.
PENJELASAN :
Jika terdapat kesalahan dalam pemanggilan nama dan kontestan yang salah terus bertanding maka pertandingan itu dinyatakan tidak sah, untuk menghindari kesalahan pemenang dari pertandingan harus mengkonfirmasikan kemenangan melalui petugas administrasi sebelum meninggalkan pertandingan.

2.1. DURASI PERTANDINGAN

1. Durasi dari pertandingan kumite adalah selama 3 (tiga) menit untuk kumite pria senior (baik perorangan atau beregu) dan 2 (dua) menit untuk wanita, yunior dan usia dini (cadet).
2. Pengatur waktu pertandingan dimulai ketika wasit memberi tanda untuk memulai dan berhenti setiap ia berseru YAME.
3. Pencatat waktu akan memberi tanda dengan/melalui bel yang bersuara sangat jelas atau dengan pluit, menandakan waktu sisa 30 detik atau waktu telah habis, tanda waktu tersebut merupakan akhir dari suatu partai pertandingan.
1. Kumite (Perkelahian); putera dan puteri
Kumite untuk putra dan putri dibagi atas : kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah refenchange (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri (enchosen), sedangkan didalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
2. Kata (Jurus); putera dan puteri
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan atau kata wajib dalam peraturan pertandingan. Peserta harus memperagakan kata wajib (Shitei), apabila lulus maka peserta untuk mengikuti babak selanjutnya dia dapat memperagakan kata pilhan (Tokui).
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: kata perorangan dan kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan kata, para peserta yang memasuki babak final diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari aliraan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
Shotokan : Kanku-Dai dan Jion.
Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
Shito-ryu : Seienchin dan Bassai-Dai.
Karateka yang berasal dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar diatas.
Luas Lapangan
*
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
* Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai (kumite pertandingan) yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karateka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karateka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.


lapangan

Peralatan Di Dalam Pertandingan Karate
1. Karategi (pakaian) karate) untuk kontestan / peserta
2. Hand Protector (pelindung tangan)
3. Shin Guard (Pelindung kaki)
4. Obi (ikat pinggang) untuk masing-masing kontestan / peserta yang berwarna merah (AKA) dan biru (AO)
5. Peralatan lain diperbolehkan tetapi tidak menjadi keharusan adalah :
a. Gum Shield (pelindung gigi); dibeberapa pertandingan menjadi keharusan.
b. Body Protector (pelindung badan) untuk kontestan / peserta putri.
c. Groin Protector (pelindung kelamin) untuk kontestan / peserta pria.
6. Pluit untuk arbitrator (alat tulis).
7. Seragam wasit / juri
a. Baju berwarna putih.
b. Celana berwarna abu-abu.
c. Dasi panjang berwarna merah.
d. Sepatu karet tanpa sol berwarna hitam.
8. Scoring Board (Papan nilai).
9. Administrasi pertandingan.
10. Lampu, berwarna merah, kuning, hijau sebagai tanda waktu pertandingan.
11. Stop Watch (pencatat waktu).

ISTILAH KARATE

TINGKATAN DALAM KARATE
 1KYU : Tingkatan di bawah Sabuk Hitam
 2DAN: Tingkatan Sabuk Hitam, dari tingkat pertama sampai DAN 10
 3MUDANSHA: Tanpa tingkatan, khusus bagi murid di bawah Sabuk Hitam
 4YUDHANSHA : Sabuk Hitam dari pertama sampai DAN 10
 
KEDUDUKAN PERSONAL
 1  DENSHI  :  Semua murid-murid tanpa menghiraukann tingkatan
 2 KOHAI  :  Murid yunior
 3 SENPAI  :  Kakak perguruan senior
 4 SENSEI  :   Guru (Sabuk Hitam) yang berkompeten mengajar
 5 SHIHAN  :  Master (instruktur) tingkatan yang sangat tinggi, di atas DAN V

TINGKATAN SABUK HITAM

SHODAN                    : Sabuk Hitam DAN I
NIDAN                        : Sabuk Hitam DAN II
SANDAN                    : Sabuk Hitam DAN III
YONDAN                   : Sabuk Hitam DAN IV
GODAN                       : Sabuk Hitam DAN V
ROKUDAN                : Sabuk Hitam DAN VI
SHICHIDAN           : Sabuk Hitam DAN VII
HACHIDAN            : Sabuk Hitam DAN VIII
KUDAN                      : Sabuk Hitam DAN IX
JUDAN                       : Sabuk Hitam DAN X

ISTILAH dan EKSPRESI

CHUDAN                                             : Tingkat menengah
CHUI                                                      : Peringatan
DESHI                                                   : Murid
DOJO                                                     : Pedepokan/Tempat latihan

GEDAN                                                 :Tingkatan lebih rendah
HAJIME                                              : Mulai
JODAN                                                 : Tingkatan lebih tinggi   
KATA                                                    : Rangkaian gerakan karate
KARATE-GI                                      : Seragam karate
KIAI                                                       : Metode yg khas dlm beladiri Jepang
KIHON                                                  : Latihan Dasar
KIHON KUMITE                            : Lawan yg sdh diatur sebelumnya
KIME                                                     : Konsentrasi penuh dlm penghimpun tenaga
KUMITE                                              : Perkelahian   
MA-AI                                                   : Jarak
MAWATE                                           : Berbalik
MAKIWARA                                      : Pemecahan
OSU                                                         : Sapaan karateka
SEITO                                                   : Murid
SHI-AI                                                  : Even
SHOBU                                                 : Pertarungan
SHOMEN                                            : Ruang buat tamu khusus
YAME                                                   : Berhenti
YOI                                                         : Bersiap

ANGKA DALAM BAHASA JEPANG

ICHI                : Satu
NI                      : Dua   
SAN                  : Tiga
SHI                   : Empat
GO                     : Lima   
ROKU              : Enam
SHICI             : Tujuh
HACHI          : Delapan
KU                    : Sembilan
JU                     :Sepuluh   

KUDA-KUDA

DACHI                                 : Cara berdiri
FUDO DACHI                  : Sikap dasar berdiri   
HEISUKO DACHI         : Sikap berdiri bebas   
JIYO DACHI                    : Berdiri dg sikap bebas
KOKUTSU DACHI        : Berdiri membelakangi
MAE DACHI                    : Berdiri dg mengarah ke depan
NIKO ASHI DACHI     : Cat Stance
SANCHIN DACHI        : Hour glass stance
ZENKUTSU DACHI    : Berdiri mengedepan
 

Tradisi Karate

zarei
Salam Karate !!
Etika bagi sesama karateka adalah mengucapkan lafal “OSH” yang merupakan singkatan dari “OSHINABU” yang mengandung arti pantang menyerah. Apabila seorang karateka bertemu dengan kohai (=adik seperguruan) atau senpai (=kakak seperguruan) maupun sensei (=guru [DAN III keatas]) maka ia sebaiknya mengucapkan salam tersebut yang diawali dengan sikap badan siap lalu membungkukkan badan, sehingga dengan cara tersebutlah (karate-do) karateka menunjukkan rasa respeknya.
Osh juga berarti “saya mengerti” dan “terima kasih”.
Upacara
Dilakukan pada saat sebelum dan sesudah latihan karate, ujian kenaikan tingkat (Kyu maupun DAN), demonstrasi pertandingan, rapat lengkap organisasi dan kongres.
Upacara tradisi karate terdiri dari :
1. Menyiapkan karateka secara tata upacara karate.
2. Pembacaan Sumpah Karate.
3. Menenangkan pikiran (makusho).
4. Penghormatan terhadap bendera negara, serta lambang perguruan serta induk organisasi.
5. Penghormatan lengkap terhadap pelatih, sesama karateka, dan tempat latihan (dojo).
Tata cara upacara karate disusun sebagai berikut :
* Barisan disusun secara senioritas berurut dari kanan ke kiri.
* Pimpinan upacara adalah Majelis Sabuk Hitam yang mengambil tempat didepan barisan (saf) kohai.
* Pengucapan sumpah karate oleh tingkatan kyu paling senior.
* Upacara diusahakan tersedia bendera negara dan bendera perguruan serta induk organisasi olah raga.
* Upacara yang dihadiri lebih dari satu orang majelis sabuk hitam maka barisan disusun secara senioritas mulai dari paling kanan barisan.

Falsafah Karate

1. Rakka (Bunga yang berguguran) Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran.
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air) Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.
1.FILOSOFI KARATE
Karate sangat dipengaruhi oleh Filosofi yang harus di pahami dan di mengerti oleh para Sempai(pelatih/instruktur) maupun Kohai (siswanya). Agar mereka mencapai DO (jalan yang sebenarnya).
Untuk mencapai DO maka para Karateka harus senantiasa memiliki :
REI (sikap saling menghormati)
MEIKYO (berpikir positif),
MUGA (berkosentrasi penuh)
USHIN (melekat pada ajaran),
SHUBAKU (senantiasa berhati lembut),
TAI NO SEN (senantiasa memiliki inisiatif),
KEIKO (rajin).


Apabila filosofi dipraktekan maka akan lahir para Karateka yang disiplin, jujur, percaya diri, sehat dan kuat. Hal ini amat relevan bagi profil prajurit yang harus tanggap, tangguh dan berani. Bagi para Karateka yang telah menjiwai latihan Karate secara sungguh-sungguh melalui latihan yang terus menerus dan teratur akan menemukan MYO (rahasia yang tersembunyi) berupa lahirnya intuisi, kekuatan fisik dan spiritual yang terkadang tidak dapat dicerna dengan akal sehat
seperti mampu memecah benda- benda keras (SHIWARI), SINKANG (melompat tinggi) dan memiliki kekuatan super sebagaimana yang dialami para leluhur beladiri Karate.
Benar apa yang diucapkan Gichin Funakoshi bahwa Tuhan telah menciptakan alam dan tubuh manusia dengan berbagai tujuan. Tetapi barang siapa yang menggunakan kepalan tangan tanpa tujuan yang mulia dan perhitungan yang matang maka ia akan kehilangan harga dirinya di hadapan Tuhan dan manusia.

 

DOJO-KUN *SUMPAH KARATE*

Dojo kun menyatakan filosofi dasar karate, sesuai ajaran bapak karate modern, Master Gichin Funakoshi. Master Funakoshi percaya bahwa, bagi karate-ka, dojo kun seharusnya tidak hanya dianggap sebagai seperangkat aturan perilaku di dojo, tetapi panduan untuk kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yang kita pelajari di dojo, harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Maksudnya, untuk memperoleh manfaat sejati Shotokan karate-do, setiap mahasiswa harus mengambil prinsip-prinsip yang mendasari bentuk seni ini dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.


DOJO KUN
==========

Jinkaku kansei koto ni tsutomuru

Makoto no michi o Mamoru koto

Doryoku tidak seishin koto o yashinau

Reigi o omonzuru koto

Tidak Keki yu koto o imashimuru



Sumpah Karate
=============

Sanggup Memelihara Kepribadian

Sanggup Patuh Pada Kejujuran

Sanggup Mempertinggi Prestasi

Sanggup Menjaga Sopan Santun

Sanggup Menguasai Diri


(ada versi lain dari sumpah karate, tapi tak usah dipermasalahkan, karena esensi pentingnya tetap sama)

TEKNIK KARATE SHOTOKAN

PENGENALAN Shotokan adalah sebuah aliran karate yang dikembangkan oleh Gichin Funakoshi (1868–1957) dan anaknya Gigo Yositaka Funakoshi (1906–1945). Gichin merupakan salah satu master karate yang memperkenalkan karate ke pulau utama jepang pada tahun 1910-an dan 1920-an. Namun, anaknya lah, Gigo Funakoshi, yang lebih banyak berperan mempopulerkan karate. Funakoshi banyak memiliki murid yang melanjutkan perjuangannya mengajarkan karate Shotokan setelah kematiannya di tahun 1957
TEKNIK KARATE SHOTOKAN

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
1. Kihon

Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
2. Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.

Gichin Funakoshi

Gichin Funakoshi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gichin Funakoshi
Funakoshi.jpg
Gichin Funakoshi, 1955
Lahir 10 November 1868
Shuri, Kerajaan Ryukyu
Meninggal dan sebab kematian 26 April 1957 (umur 88)
Tokyo, Jepang
Nama lain Shoto (gelombang pinus)
Seni bela diri yang diajarkan Karate Shōrei-ryu, Shōrin-ryu, dan Shotokan
Guru Ankō Asato, Ankō Itosu
Peringkat Dan 5 karate (dan tertinggi waktu itu)
Murid Terkenal Hironori Ōtsuka, Gigō Funakoshi (putranya), Isao Obata, Shigeru Egami, Teruyuki Okazaki, Masatoshi Nakayama, Hidetaka Nishiyama, Tsutomu Ohshima
Gichin Funakoshi (船越 義珍 Funakoshi Gichin?, lahir di Shuri, Okinawa, 10 November 1868 – meninggal 26 April 1957 pada umur 88 tahun) adalah pencipta aliran karate Shotokan yang merupakan salah satu dari aliran utama karate, dan sekaligus dianggap sebagai "bapak karate modern".[1] Funakoshi mengikuti ajaran dari guru bernama Ankō Itosu hingga menjadi salah satu master karate Okinawa yang mengajarkan karate kepada penduduk kepulauan utama Jepang pada tahun 1921. Ia mengajar karate di berbagai universitas di Jepang, dan diangkat sebagai ketua kehormatan Asosiasi Karate Jepang ketika baru didirikan pada tahun 1949.

Kamis, 23 September 2010

Crack Folder Lock

Tadi gw dapet panggilan masuk dari seorang sahabat, setelah basa-basi dia nanya kabar ini dan itu ternyata intinya cuma satu, dia minta tolong cariin software pembobol Folder Lock buat buka data skripsinya yg udah dia Lock pake folder lock, soalnya dia lupa passwordnya.  gw jadi teringat tutorial jebol folder Lock yg pernah gw simpan di notebook gw.